Lidah Tergelincir Tak Sama Dengan Kaki Tergelincir







Kita adalah hamba Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah manusia walau siapapun mereka, walaupun ada yang secara sengaja menghina dan mencaci kita. Berjalan dengan tenang, khusyuk, tidak sombong, selalu tersenyum ramah, dan tidak membuat kerusakan. Itulah wajah orang yang beriman.


Realita dalam masyarakat kita hari ini, akibat "kurang kasih sayang" dan sikap penting diri..Sayang sekali masih banyak terdapat yang terbawa perpecahan sehingga tidak habis-habisnya mencela sana-sini. Seakan mereka lebih pandai, lebih bisa dan memiliki segala-galanya, juga lebih kuat. Tak jarang kita temui di medsos, dilintasan time line ataupun komentar yang penuh kebencian .
Sahabat yang di luar sana, sama-sama kita ketahui bahwa  lisan yang Allah titipkan hari ini jangan sekaki-kali di pakai untuk menghina orang lain, karena dengan lisan itu jugalah yang akan bersaksi di hadapan Allah SWT kelak di hari akhirat.

Percayalah, hinaan yang kita hemburkan saat ini akan membawa kesengsaraan kepada kita kelak.
Jika kita bijak, jagalah lisan dari berkata perkataan yang buruk-buruk.
Kaki tergelincir tak sama dengan lidah tergelincir. Kaki bila tergelincir, kita boleh bangun dan berjalan balik. Namun, bila lidah tergelincir, mustahil bagi kita untuk menarik balik perkataan yang telah diucapkan.
Itulah sebabnya bila mahu berkata sesuatu, fikir dulu masak-masak dengan akal, tilik di dalam hati baik buruk, manfaat dan mudarat benda yang kita mahu ucapkan itu.
Kalau akal dan hati kita sepakat maka ucapkanlah. Kalau tidak, tahanlah daripada berkata-kata. Diam lebih baik. Menjaga diri dan orang lain daripada mudarat, juga adalah merupakan perbuatan ibadah.








Ibnuhajarnurdin
Pengembala
Hanya Sebuah Catatan

Catatan popular daripada blog ini

7 Rahasia Bahagia Hidup Dunia dan Akhirat

Ternyata kerja di Australia lagi hebat

Beberapa pemikiran yang dapat menganggu kebahagiaan.